Thursday, February 7, 2013

Tentang Abdullah, Bapaknya Rasulullah


Dia adalah bapak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abdullah adalah anak Abdul Muththalib yang paling bagus dan paling dicintainya. Abdullah inilah yang mendapat undian untuk disembelih dan dikorbankan sesuai dengan nadzar Abdul Muththalib. Ringkasnya, tatkala anak-anaknya sudah berjumlah sepuluh orang dan tahu bahwa ia tak lagi mempunyai anak, maka dia memberitahukan nadzar yang pernah diucapkannya kepada anak-anaknya. Ternyata mereka patuh. Kemudian dia menulis nama-nama mereka di anak panah untuk diundi, lalu diserahkan ke patung Hubal. Setelah anak-anak panah itu dikocok, keluarlah nama Abdullah. Maka Abdul Muththalib menuntun Abdullah sambil membawa parang, berjalan menuju Ka’bah untuk menyembelih anaknya itu. Namun orang-orang Quraisy mencegahnya, terutama paman-pamannya dari pihak ibu dari Bani Makhzum dan saudaranya Abu Thalib.

“Kalau begitu apa yang harus kulakukan sehubungan nazarku ini?” tanya Abdul Muththalib kebingungan.

Mereka mengusulkan untuk menemui seorang dukun perempuan. Maka ia menemuinya. Sesampainya di tempat dukun itu, dia diperintah untuk mengundi Abdullah dengan 10 ekor unta. Jika yang keluar nama Abdullah, maka dia harus menambahi lagi dengan 10 ekor unta, hingga Tuhan ridha. Jika yang keluar nama unta, maka unta-unta itulah yang disembelih. Maka dia keluar dari tempat dukun wanita itu dan mengundi antara nama Abdullah dan 10 ekor unta.


Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah, hingga jumlahnya mencapai 100 ekor unta. Baru setelah itu undian yang keluar adalah nama unta. Maka unta-unta itu pun disembelih, sebagai pengganti dari Abdullah. Daging-daging unta tersebut dibiarkan begitu saja, tidak boleh dijamah manusia maupun binatang. Tebusan pembunuhan yang memang berlaku di kalangan Quraisy dan bangsa Arab adalah 10 ekor unta. Namun setelah kejadian ini, jumlahnya berubah menjadi 100 ekor unta, yang juga diakui Islam. Diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:

“Aku adalah anak dua orang yang disembelih.”

Maksudnya adalah Ismail alaihissalam dan Abdullah.[1]

Abdul Muththalib menikahkan anaknya, Abdullah dengan Aminah bint Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah in Kilab, yang saat itu Aminah dianggap wanita paling terpandang di kalangan Quraisy dari segi keturunan maupun kedudukannya. Bapaknya adalah pemuka Bani Zuhrah. Abdullah hidup bersamanya di Makkah. Tak lama kemudian Abdul Muththalib mengutusnya pergi ke Madinah untuk mengurus kurma. Namun dia meninggal di sana. Ada yang berpendapat, Abdullah pergi ke Syam untuk berdagang, lalu bergabung dengan kafilah Quraisy. Lalu dia singgah di Madinah dalam keadaan sakit, lalu meninggal di sana dan dikuburkan di Daar An-Naabighah Al-Ja’dy. Saat itu umutnya 25 tahun. Abdullah meninggal dunia sebelum Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dilahirkan. Begitulah pendapat mayoritas pakar sejarah. Ada pula yang berpendapat, Abdullah meninggal dunia dua bulan setelah Rasulullah lahir.

Warisan yang ditinggalkan Abdullah berupa lima ekor unta, sekumpulan domba, pembantu wanita Habsy, yang namanya Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman. Dialah wanita yang mengasuh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.





[1] Sirah An-Nabawiyyah, Ibnu Hisyam, 1/151; Rahmah li Al-Aalamiin, 2/89-90; Mukhtashar Siirah Ar-Rasuul, Syaikh Abdullah, hal. 12, 22-23

------------------------------------

Sumber: Ar-Rahiiq Al-Makhtuum, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
Penerjemah: Kathur Suhardi

ditulis dan ditata ulang oleh Hasan Al-Jaizy

No comments:

Post a Comment