Ketahuilah
–semoga Allah memberi taufiq kepadamu- bahwa sanad (bunga rampai para
perawi dalam meriwayatkan hadits) merupakan kenikmatan Allah Ta’ala
kepada umat ini, sehingga terjagalan kesucian agama ini dari tangan-tangan
lancang yang ingin mengotorinya. Oleh karena itu, tatkala Ahli Kitab tidak
memiliki sanad dalam agama mereka, maka akibatnya banyak terjadi
campuran antara kebenaran dan kebathilan dalam agama mereka.[1]
Karena
itulah, para ulama sangat memperhatikan masalah sanad ini secara serius. Karena sanad merupakan
pondasi utama untuk sampai kepada tujuan ilmu hadits, yaitu memilah anatara
hadits shahih dan lemah. Imam Ibn Al-Mubarak rahimahullah pernah
berkata,
الإِسنَادُ مِن الدِينِ, وَلَولَا الإِسناد
لَقالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
“Sesungguhnya
sanda itu termasuk agama. Seandainya tidak ada sanad, niscaya seorang akan
sembarangan berbicara.”[2]
Sufyan
Ats-Tsaury berkata,
الإسْنَادُ سِلاحُ المُؤْمِنِ, فَإِذا لَمْ
يَكُنْ مَعَهُ سِلاحٌ, فَبِأَيِّ شَيئٍ يُقَاتِل؟!
“Isnad adalah
senjata seorang mukmin. Kalau ia tak memiliki senjata, lantas dengan apa dia
berperang?!”[3]
Seseorang
pernah berkata kepada Imam Az-Zuhry, “Ceritakan kepadaku hadits tanpa sanad-nya.”
Maka beliau berkata, “Bisakan diriku ini menaiki atap tanpa tangga?!”[4]
Maka
hendaknya kita tidak merasa bosan untuk membaca sanad, karena bosan membaca sanad adalah perangai
orang-orang malas. Tetapi hendaknya dia merasa senang membacanya sebagaimana
akhlak para ulama terkemuka.[5]
[1] Lihat Majmu’ Al-Fataawaa, Ibnu Taimiyyah, I/2,
dan At-Ta’shiil li Ushuul At-Takhriij wa Qawaa’id Al-Jarh wa At-Ta’diil,
Bakr Abu Zaid, I/5-7
[2] Muqaddimah Shahih Muslim, I/12
[3] Al-Majruuhiin, Ibnu Hibban, I/27
[4] Tadriib Ar-Raawy, As-Suyuthy, III/794
[5] Syarh Shahih Muskim, An-Nawawy, I/108
dari
kitab Koreksi Hadits-hadits Dha'if Terpopuler, karya Ust. Abu Ubaidah As-Sidawy
ditulis
ulang dengan sedikit perubahan oleh Hasan Al-Jaizy
Sanadnya Syaikh Albani Gimana Ustadz ?
ReplyDelete