Hadits:
حَسْبي مِنْ سُؤَالِي عِلْمُهُ بِحَالِي
“Cukuplah
pengetahuan-Nya tentang keadaanku dari permintaanku.”
TIDAK
ADA ASALNYA! Ibnu
Taimiyyah berkata, “Maudhu (palsu)!”[1]
Sebagian orang sufi mengambil makna dari ucapan ini seraya berkata,
“Permintaanmu kepada Allah adalah tuduhan buruk kepada-Nya!” Sungguh ini adalah
kesesatan yang amat nyata! Apakah para Nabi alaihimussalam menuduh Allah
yang bukan-bukan tatkala mereka meminta dan berdoa kepada-Nya?!
Lihatlah
Nabi Ibrahim alaihissalam tatkala berkata:
رَّبَّنَآ
إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ
رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةًۭ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ
إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ *** رَبَّنَآ إِنَّكَ تَعْلَمُ
مَا نُخْفِى وَمَا نُعْلِنُ ۗ وَمَا يَخْفَىٰ عَلَى ٱللَّهِ مِن شَىْءٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ
وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ *** ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى وَهَبَ لِى عَلَى ٱلْكِبَرِ إِسْمَٰعِيلَ
وَإِسْحَٰقَ ۚ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ *** رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ
وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ *** رَبَّنَا ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ
وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ ٱلْحِسَابُ
“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur. Ya Rabb
kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang
kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang
ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Rabb-ku,
benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Rabb kami, perkenankanlah
doaku. Ya Rabb
kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".” (Q.S. Ibrahim: 37-41)
Kesimpulannya,
ucapan dalam riwayat palsu di atas tidak pantas keluar dari seorang Muslim yang
mengetahui kedudukan doa dalam agama Islam.[2]
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “(Riwayat itu) tidak memiliki sanad yang
dikenal dan maknanya bathil!, bahkan telah shahih dari Ibnu Abbas
radhiyallahu anhuma bahwa ia berkata, “Kalimat hasbiyallahu wa ni’mal wakiil
(cukuplah Allah bagiku dan Dia adalah sebaik-baik wakil) diucapkan oleh Nabi
Ibrahim ketika dibakar dengan api, dan dikatakan oleh Nabi Muhammad ketika
sebagian orang berkata kepada beliau, ‘Sesungguhnya manusia telah berkumpul
untuk memerangi kalian, maka takutlah kepada mereka.’[3]
Adapun
permintaan Al-Khaliil (Nabi Ibrahim) kepada Allah, maka banyak sekali
disebutkan dalam Al-Qur’an.”[4]
[1] Tanziih
Syarii’ah, Ibnu Arraq, I/250
[2] Silsilah
Adh-Dha’iifah, Muhammad Nashiruddin Al-Albany, no.21
[3]
H.R. Al-Bukhary, no. 4563
[4] Qa’iidah
Jaliilah fi At-Tawassul w Al-Wasiilah, hal. 58-59
------------------------------------------------------
Sumber: Koreksi Hadits-hadits Dha'if Populer, karya Ust. Abu Ubaidah As-Sidawy
ditulis ulang oleh Hasan Al-Jaizy
No comments:
Post a Comment