Tuesday, February 5, 2013

Periwayatan Luth bin Yahya (Abu Mikhnaf)


Imam Ath-Thabary rahimahullah menukilkan dari Luth bin Yahya sebanyak 587 riwayat dalam kitab Taariikh-nya. Riwayat-riwayat itu mengungkapkan berbagai peristiwa sejak wafatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam sampai masa pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah. Di antara pembahasan terpenting pada periode tersebut adalah:

1. Saqifah Bani Sa’adah

2. Kisah Syura (musyawarah pemilihan khalifah)

3. Masalah-masalah yang dijadikan dalih kaum Khawarij untuk memberontak kepada Utsman radhiyallahu anh.

4. Pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan

5. Kekhalifahan Ali bin Abu Thalib

6. Perang Jamal

7. Perang Shiffin

8. Tahkiim (arbitrase)

9. Perang Nahrawan

10. Pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan

11. Pembunuhan Al-Husain radhiyallahu anh

Pada hampir setiap bahasan di atas, Anda akan menemukan riwayat perawi yang ber-kunyah­ Abu Mikhnaf tersebut. Inilah yang menjadi sandaran ahli bid’ah, dan mereka amat bersemangat terhadapnya.


Mengenai sosok Abu Mikhnaf, Imam Ibnu Ma’in rahimahullah berkomentar:

لَيْسَ بِشَيْءٍ

“Dia bukan apa-apa” (yakni: riwayat darinya tidak boleh diambil)

Abu Hatim berkomentar:

مَتْرُوكُ الْحَدِيثِ

“Dia perawi hadits matruuk (salah satu jenis hadits dha’if).”

Ad-Daaruquthny berkomentar: “Dia adalah perawi yang lemah.”

Ibnu Hibban berkomentar:

يَرْوِي الْمَوْضُوعَاتِ عَنِ الثِّقَاتِ

“Ia meriwayatkan hadits-hadits maudhu’ dari orang-orang tsiqah!”

Adz-Dzahaby berkomentar:

إِخْبَارِيٌّ تَالِفٌ لَا يُوثَقُ بِهِ

“Dia seorang pewarta yang nukilannya tidak boleh dipakai; dia tidak bisa dipercaya.”[1]

Jadi jika Anda membuka Taariikh Ath-Thabary kemudian menemukan riwayat yang berisi celaan terhadap shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan mendapatinya diriwayatkan dari Abu Mikhnaf, maka buanglah jauh-jauh riwayat tersebut, jangan diterima apalagi dijadikan sandaran. Mengapa demikian? Karena, riwayat dari Abu Mikhnaf menghimpun antara bid’ah, kebohongan, dan riwayat dha’if. Orang ini juga terkenal sebagai ahli bid’ah, pendusta, dan banyak meriwayatkan berita-berita lemah.

Abu Mikhnaf hanyalah satu dari beberapa perawi yang tidak bisa dijadikan rujukan (di dalam At-Taariikh), walaupun dialah yang termasyhur di antara para perawi kontroversial lainnya. Selain dia ada Al-Waqidy[2], seorang yang riwayatnya tidak diterima dan tertuduh sebagai pembohong. Meski begitu, tidak diragukan lagi bahwa ia termasuk sejarawan terkemuka, hafizh, dan tahu banyak tentang sejarah. Sayangnya, ia bukan seorang yang tsiqah. Selain Al-Waqidy, ada Saif bin Umar At-Tamimy[3], seorang ahli sejarah ternama. Tetapi, ia seorang yang matruuk dan tertuduh sebagai pendusta. Begitu pula dengan Al-Kalby[4], seorang pendusta yang masyhur. Karena itulah, seseorang harus meneliti riwayat mereka, serta berhati-hati terhadap riwayat orang-orang seperti mereka.




[1] Al-Jarh wa At-Ta’diil, VII/182, Miizaan Al-I’tidaal, III/419, dan Lisaan Al-Miizaan, IV/492
[2] Siyar A’laam An-Nubalaa’, IX/172
[3] Lihat biografinya dalam Miizaan Al-I’tidaal, II/255 dan Tahdziib At-Tahdziib,IV/295
[4] Lihat biografinya dalam Miizaan Al-I’tidaal, III/556


------------------------------------

Sumber: Hiqbah Min At-Taariikh, Syaikh Dr. Utsman Al-Khamiis
Dibantu dengan terjemahan oleh Syafaruddin, Lc.
Ditulis dan ditata ulang oleh Hasan Al-Jaizy

2 comments: