Saturday, March 2, 2013

Penyerangan Bani Hanifah dan Perang Yamamah Pada Masa Abu Bakr


Abu Bakr radhiyallahu anh mengutus Khalid bin Al-Walid radhiyallahu anh ke daerah Yamamah untuk menyerang Bani Hanifah. Sebelumnya, sang Khalifah mengutus pasukan Ikrimah bin Abu Jahl dan Surahbil bin Hasanah radhiyallahu anhuma ke tempat yang sama. Pasukan Bani Hanifah berjumlah 4.000 personil. Ketika tiba dan bergabung bersama dua pasukan pendahulu, Khalid bin Al-Walid segera menempatkan Syurahbil bin Hasanah di barisan terdepan, Zaid bin Al-Khaththab radhiyallahu anh di sayap kanan, dan Abu Hudzaifah radhiyallahu anh di sayap kiri.

Kaum Muslimin terus bergerak maju, hingga Khalid radhiyallahu anh dan mereka berada di suatu bukit yang tinggi di Yamamah. Khalid kemudian mendirikan tenda di situ. Bendera kaum Muhajirin dipegang oleh Salim radhiyallahu anh, bekas budak Abu Hudzaifah radhiyallahu anh, sedangkan bendera kaum Anshar dipegang oleh Tsabit bin Qais radhiyallahu anh.

Peperangan pun berlangsung begitu sengit; sampai-sampai Tsabit bin Qais melubangi tanah setinggi separuh betis sebagai tempat berpijak kedua kakinya, setelah sebelumnya dia memakai minyak wangi dan mengenakan kain kafan. Saat itu, Tsabit tetap okoh berdiri hingga gugur sebagai syahid. Di tempat lain, salah seorang kaum Muhajirin bertanya kepada Salim: “Takutkah engkau jika kita diserang dari arah sini?” Pertanyaan ini dijawab, “Jika benar aku merasa takut, maka akulah penghafal Al-Qur’an yang terburuk.”

Khalid bin Al-Walid radhiyallahu anh terus menyerang hingga mendesak pasukan musuh, kemudian kembali bergabung dengan pasukan Muslim lainnya. Setelah itu, dia berdiri di antara dua pasukan dan mengajak mereka bertarung satu lawan satu. Setiap orang yang maju melawan Khalid saat itu terbunuh. Lalu di tengah peperangan yang semakin berkecamuk, Khalid memecah kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan orang-orang Badui, lantas menjadikan setiap kabilah di bawah satu bendera, sehingga mereka tahu dari mana mereka akan diserang. Ketika itu, kaum Muslimin menghadapi perang dahsyat ini dengan kesabaran yang luar biasa.


Pasukan muslim terus melaju hingga ke jantung-jantung pertahanan musuh, sampai Allah Ta’ala memberikan kemenangan pada mereka. Orang-orang kafir akhirnya lari terbirit-birit hingga masuk ke tempat bernama Hadiqatul Maut (kebun kematian). Bani Hanifah pun menutup pintu kebun tersebut, sedangkan para sahabat (Kaum Muslimin) mengepung mereka.

Al-Bara’ bin Malik radhiyallahu anh berkata, “Wahai kaum Muslimin, lemparkanlah aku ke arah mereka yang berada di dalam kebun itu!” Maka mereka mendudukkan Al-Bara di atas perisai, lalu mengangkat perisai itu dengan tombang-tombak mereka, lantas melemparkannya ke arah musuh melewati pagar kebun. Al-Bara’ pun berjibaku melawan musuh yang berada dekat pintu kebun, sampai dia bisa membuka pintunya. Kaum Muslimin segera masuk ke dalam kebun melalui pagar dan pintu-pintunya. Pasukan Muslim membunuh penduduk Yamamah yang murtad di sana, hingga mendekati posisi Musailamah. Wahsyi bin Harb radhiyallahu anh mendekati sang pendusta ini dan melemparkan tombak ke arahnya. Tombak itu pun mengenai dan menewaskannya. Wahsyi berkata, “Ketika masih Jahiliyyah (belum memeluk Islam), aku membunuh manusia terbaik (Hamzah). Dan ketika telah memeluk Islam, aku membunuh manusia terjahat (Musailamah).” (Lihat Usd Al-Ghabah karya Ibnu Atsiir (V/386) dan Taariikh Al-Islaam karya Adz-Dzahaby (III/39)

Jumlah kaum murtad yang terbunuh hampir sepuluh ribu orang, sedangkan dari pihak kaum Muslimin sebanyak enam ratus orang. Adapun sisa orang murtad yang masih hidup berlindung di sebuah benteng (yang ada di sana), dan Khalid mengikat perdamaian dengan mereka kemudian. Tidak lupa, Khalid mengajak mereka semua untuk kembali kepada Islam. Mereka pun kembali memeluk Islam karenanya. Sebagian mereka yang tertangkap sebelum memasuki benteng tersebut ditawan. Dan, di antara tawanan itu terdapat wanita yang dijadikan hamba sahaya oleh Ali radhiyallahu anh. Dari hamba sahaya ini lahirlah Muhammad, yang nanti lebih dikenal dengan Muhammad bin Al-Hanafiyyah. (Ath-Thabaqaat Al-Kubraa, III/12)







Sumber: Hiqbah Min At-Taariikh, Syaikh Dr. Utsman Al-Khamiis
Dibantu dengan terjemahan oleh Syafaruddin, Lc.
Diketik ulang oleh Hasan Al-Jaizy

No comments:

Post a Comment