Sunday, February 10, 2013

Beberapa Faedah Hadits Ahad


Hadits-hadits ahad selain yang berderajat dha’if memiliki faedah-faedah sebagai berikut:

Pertama, menunjukkan dugaan kuat (zhann), yaitu dugaan terkuat akan keabsaan penisbatan hadits tersebut kepada orang yang menjadi sumber penukilan. Hal itu berbeda-beda sesuai dengan derajatnya. Hadits ahad bisa juga memberikan faedah ilmu (yaqiin) jika memiliki berbagai indikasi (qaraa’in) yang menguatkan hal itu dan dikuatkan oleh dalil pokok (yaitu Al-Qur’an atau hadits shahih).

Kedua, mengamalkan kandungannya, yaitu dengan membenarkannya jika berupa berita dan menerapkannya (melaksanakannya) jika berupa tuntutan.
Adapun hadits dha’if, maka tidak memberikan faedah zhann, tidak dapat diamalkan, tidak boleh dianggap sebagai dalil, tidak boleh disampaikan kecuali jika disertai penjelasan akan kelemahannya. Namun hadits dha’if boleh disampaikan dalam perkara targhiib (anjuran) dan tarhiib (enakut-nakuti). Sekelompok ulama bersikap toleran dalam hal tersebut dengan memberi 3 syarat berikut:


a. Kelemahannya tidak berat

b. Amalah yang disebutkan dalam hadits targhiib dan tarhiib tersebut memiliki asal dalam dalil-dalil yang shahih.

c. Tidak berkeyakinan bahwa Nabi mengucapkan hadits dha’if tersebut.

Berdasarkan hal ini, maka penyampaian hadits dha’if dalam masalah targhiib bertujuan untuk memotivasi jiwa agar mengamalkan perkara yang disebutkan dalam hadits tersebut dengan harapan memperoleh pahala (yang dijanjikan). Jika dia mendapatkan pahala tersebut, maka itulah yang diinginkan. Tetapi jika tidak, maka kesungguhannya dalam beribadah tidaklah membahayakan dan ia pun tidak akan kehilangan pokok pahala yang merupakan konsekuensi dari pelaksanaan amalan yang telah diperintahkan oleh syari’at.

Adapun faedah penyampaian hadits dha’if dalam perkara tarhiib adalah untuk membuat manusia lari dari perbuatan yang dilarang akarena takut mendapatkan hukuman. Hal tersebut tidaklah membahayakan dirinya dan hukuman yang disebutkan dalam hadits tersebut juga tidak menimpanya.



---------------------------------

Sumber: Ilm Mushthalaah Al-Hadiits, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimiin
Penerjemah: Ahmad S Marzuqi
ditulis ulang oleh Hasan Al-Jaizy

No comments:

Post a Comment